Menjauh sedikit dari panggung dunia politik kita, saat nya kita
palingkan muka kita kepada mereka yang berjuang bagi ibu pertiwi…
Apa yang kau “Hormati”, Pahlawanku…?!
Tidak pantas mereka kau hormati…!
Tidak pantas mereka kau hormati…!
KRAWANG-BEKASI
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma
tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Chairil Anwar (1948) Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma
tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Chairil Anwar (1948) Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957
Hanya sedikit yang masih menghormati mereka
Sepenggal Kisah Mereka yang masih berjuang
Tak Ada Dendam di Hati Seroja
Liputan6.com, Jakarta: Senin, 20 Mei 2002. Pagi itu, suasana di
depan kantor bekas gubernuran yang menghadap ke laut tampak sibuk.
Inilah satu-satunya perkantoran yang selamat dari kondisi “bumi hangus”
Timtim pascareferendum. Kantor gubernuran itu telah berubah menjadi
kantor urusan administrasi pemerintahan baru Timor Leste dan sekaligus
jadi semacam markas International Force for East Timor (INTERFET),
kantor perwakilan PBB di Dili, Timor Timur.
Terlihat sekitar 200-an tentara Timtim berbaris rapi. Mereka sedang
bersiap-siap merayakan untuk yang pertama kalinya kelahiran negeri baru
bernama Republik Demokratik Timor Leste. Jika diperhatikan dengan lebih
cermat, ada sesuatu yang janggal untuk sebuah acara seresmi itu.
Sebagian serdadu Timtim hanya berkaos oblong loreng lusuh, sepatu lars
hitam tanpa tali, dan beberapa dari mereka berkumis serta berjenggot
yang dibiarkan tumbuh lebat. Tentu saja bukan hanya itu, banyak pula di
antara mereka yang berambut keriting panjang seolah memang dibiarkan
terurai liar.
Lagi, Pahlawan Kemerdekaan Terancam Dipenjara
Lagi, Pahlawan Kemerdekaan Terancam Dipenjara
Liputan6.com, Jakarta: Setelah dua janda veteran, yaitu Sutarti dan
Rusmini menjalani persidangan kasus penyerobotan rumah dinas, milik
Perum Pegadaian, kini dua lansia lain, yakni Soegito dan istrinya
Ambariyah, di Jakarta (20/3), juga menunggu giliran dipidanakan. Mereka
dianggap melakukan hak kepemilikan rumah secara sepihak. Ironisnya,
setelah diperkarakan di kepolisian, salah satu tersangka, mengalami
lumpuh.
Soegito yang merupakan pahlawan kemerdekaan dan mantan pegawai Perum Pegadaian tersebut, mengaku tidak mampu berbuat apapun, akibat usianya sudah tua, serta penyakit lumpuh yang dideritanya. Ia hanya bisa menunggu diusir dari rumah, yang sudah ditempatinya selama puluhan tahun. Soegito berharap, Pemerintah mau memberikan bantuan, terkat kasus hukum yang kini membelit keluarganya.
Soegito dan istrinya, Sutarti serta Rusmini, adalah pejuang yang dilupakan, mereka dihadapkan ke meja hijau, layaknya penjahat kelas kakap. Kini, yang bisa dilakukan, hanya menanti rasa kemanusiaan dari pihak Perum Pegadaian, dan penegak hukum, agar memberikan keringanan kepada mereka.
Veteran Perang Berjuang Pertahankan Tanah
Liputan6.com, Makassar: Puluhan anggota Legiun Veteran Republik
Indonesia (LVRI) Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, berunjuk rasa di
Perumahan PT Gowa Makassar Tourism Development (GMTD), Selasa (24/5).
Mereka berjuang untuk mempertahankan hak mereka atas tanah LVRI seluas
100 hektare.
Para veteran mendesak PT GMTD mengembalikan tanah yang mereka peroleh
dari pemerintah sebagai penghargaan atas jasa mereka mengusir penjajah
dari Bumi Pertiwi. Namun seiring perjalanan waktu, menurut anggota LVRI
Kabupaten Gowa Sugiman, lahan yang belum digarap itu beralih tangan.
Para veteran menyatakan tanah tetap menjadi hak mereka karena
pemerintah tidak pernah mencabut keputusan yang dibuat sejak 1962.
Mereka menambahkan, pengalihan lahan dan penerbitan sertifikat atas
lahan Legiun Veteran yang dilakukan pemerintah pada akhir 1990-an adalah
penyerobotan.
0 Komentar:
Posting Komentar