Ancaman 'tsunami matahari' yang sempat
ramai diberitakan terhadap bumi nihil. Tidak ada tsunami atau badai
matahari pada Selasa, 3 Agustus 2010.
Profesor Riset Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, kalaupun terjadi tsunami matahari, tidak akan berdampak buruk terhadap
bumi. Tsunami matahari hanya berdampak di sekitar titik
ledakan. Profesor Riset Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, kalaupun terjadi tsunami matahari, tidak akan berdampak buruk terhadap
Yang memungkinkan memberi dampak pada bumi adalah badai matahari. Itupun jika lontaran massa matahari beskala besardan mengarah ke bumi.
Berdasar penelitian National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yang disponsori lembaga antasariksa Amerika Serikat, NASA, badai matahari terjadi ketika muncul flare atau ledakan besar di atmosfer matahari dengan daya supertinggi.
Badai matahari bisa menyebabkan lonjatan tenaga lisrik hingga miliaran watt. Bila sampai ke bumi, pancarannya akan memengaruhi medan magnet bumi yang selanjutnya berdampak pada sistem satelit, listrik, dan frekuensi radio. Bumi terancam kehilangan daya listrik.
Badai matahari merupakan siklus biasa yang terjadi setiap 11 tahun. Namun, siklus itu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2012-2013.
Berdasar prediksi tersebut, sejumlah badan antariksa telah berupaya
menyiapkan sejumlah strategi menghadapi badai matahari. Strategi untuk
mengantisipasi hilangnya daya listrik, satelit, dan frekuensi radio yang
menopang kehidupan masyarakat modern masa kini.
Badai matahari pernah melanda bumi pada 1 September 1859. Namun, kala
itu tak terlalu berdampak karena kehidupan di masa itu belum ditopang
listrik.
Ancaman badai matahari yang berpotensi menghantam bumi pada 2012
inilah yang sempat menguatkan mitos mengenai akhir dunia atau kiamat
pada 2010. Sebuah mitos yang tak cukup bukti ilmiah untuk dipercaya.
0 Komentar:
Posting Komentar